Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS) III

Téma: Merambah Jalan Baru Kebudayaan Sunda
Waktu: 1—3 Desember 2021
Tempat: Media Daring (Zoom dan Youtube)

Pendahuluan

Pola hidup masyarakat Sunda telah berubah dalam dua dasawarsa terakhir, terutama sejak kehadiran peranti komunikasi yang makin mudah, masif, dan menjangkau semua bidang kehidupan. Jika dahulu buku dan sumber cetakan lainnya menjadi acuan utama untuk mendapatkan informasi, kini masyarakat mengandalkan mahadata (big data) di internet—yang tentu saja memiliki banyak kelebihan dan kekurangan. Perubahan ini juga berdampak besar pada perkembangan kebudayaan lokal. Di satu sisi, segala kemudahan digital membawa peluang dalam penyebaran ajén-inajén kebudayaan. Akan tetapi, di sisi lainnya kebudayaan lokal harus berperang melawan ragam kebiasaan baru yang menyeret pada kehebohan sesaat, sesuatu yang viral, serta hal-hal lain yang bersifat populer dan praktis.

Di belantara dunia digital, kebudayaan Sunda masih diperbincangkan oleh sebagian kecil masyarakat yang memiliki minat pada bidang ini. Sementara itu puluhan juta warga Sunda sudah telanjur terlena memikirkan hal lain. Dari yang sebagian kecil itu, kita juga belum melihat gagasan dan tindakan yang berdampak besar bagi kehidupan masyarakat Sunda di masa mendatang. Ruang lingkupnya masih di situ-situ saja dan sekadar memperbincangkan, mengomentari, atau mengenang apa yang telah dilakukan oleh manusia Sunda di masa lalu.

Kebiasaan masyarakat digital yang serba-tidak fokus malah menjadikan rumusan kebudayaan Sunda yang berkeping-keping, bertebaran di sana-sini seperti belukar liar. Akibat keterbatasan pengetahuan atau kemalasan mencari data yang sebenarnya, pemahaman kebudayaan Sunda di dunia digital menjadi sempit. Sesuatu yang telah lumbrah seperti temuan baru, atau malah terjebak pada kenangan dan kebanggaan di masa lalu, seakan-akan tak ada lagi harapan bagi masa depan budaya Sunda. Dalam kondisi seperti ini, esensi kebudayaan Sunda masih terseok-seok mencari jalannya sendiri: berusaha menuju belantara keramaian tetapi masih terjebak di rungkun yang runyam.

Sejak puluhan tahun lalu masalah regenerasi menjadi sorotan utama dalam pengembangan kebudayaan Sunda. Generasi muda—atau kini disebut milenial—dipandang kian menjauh dari persoalan budaya. Beberapa generasi muda memang memperlihatkan antusias pada kebudayaan Sunda, tetapi belum mencakup keragaman budaya dan umumnya hanya bergerak dalam bidang kesenian. Kebudayaan Sunda pada media digital, misalnya, masih berpusat pada tontonan dan bukan pada pemahaman nilai-nilai.

Warisan kebudayaan Sunda telah diidentifikasi dan upaya revitalisasi telah dirumuskan, tetapi belum menemukan jalan yang tepat menuju khalayak yang semestinya menerapkan nilai-nilai budaya tersebut. Atas dasar inilah Yayasan Kebudayaan Rancagé mengganggap perlu melanjutkan agenda sebelumnya, yaitu penyelenggaraan Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS).

Tentang KIBS

Pada tahun 2001, Ajip Rosidi menggagas penyelenggaraan Konferensi Internasional Budaya Sunda setelah menelaah keadaan manusia Sunda yang kian terpuruk akibat bermacam-macam gangguan. Di zaman Jepang (1942—1945), komunitas-komunitas etnik di Indonesia mengalami disintegrasi yang tentu saja berpengaruh pada kehidupan masyarakat Sunda. Hingga tahun 1962, masyarakat Sunda juga tidak dapat hidup normal, hilang keceriaan dan selalu mendapat ancaman. Teror selama satu generasi telah menyebabkan hilangnya banyak tradisi, adat kebiasaan, kepercayaan, jenis kesenian, keterampilan, kearifan lokal, dan entah apa lagi. Ketika rezim orde baru mengibarkan semboyan moderenisasi dan industrialisasi, lahan-lahan di tatar Sunda mulai tergerus dan menjadi penyebab hilangnya sejumlah kebiasaan warisan karuhun. Alih-alih modernisasi, kenyataannya westerenisasi yang menggila. Dari sekian budaya impor yang masuk ke Indonesia, malah hal-hal buruk yang ditiru oleh sebagian masyarakat, sementara hal positif dari kebudayaan Barat seperti etos kerjanya, disiplin pada waktu, kemauan belajar, tak memengaruhi kebiasaan masyarakat kita. Jika hal ini terus dibiarkan akan menggerus sisa-sisa kebudayaan Sunda dan akhirnya punah.

KIBS ke-1 diselenggarakan di Gedung Merdeka tanggal 22—25 Agustus 2001 dan dianggap telah berhasil menggugah kesadaran mengenai signifikansi budaya lokal dalam kehidupan berbangsa. Gaung konferensi yang mendatangkan beragam pembicara dari berbagai disiplin ilmu dan negara itu menyadarkan arti kebudayaan Sunda dalam tataran pembangunan dan pengayaan kehidupan berbangsa. Seperti tercantum dalam rekomendasi yang dihasilkannya, konferensi itu pun menegaskan pentingnya upaya-upaya pemertahanan dan pengembangan budaya lokal sebagai bagian dari pembangunan jatidiri bangsa.

Dalam rentang sepuluh tahun setelah KIBS ke-1, berbagai upaya pemertahanan dan pengembangan budaya Sunda telah banyak dilakukan baik dalam jalur formal maupun informal. Tindak lanjut rekomendasi KIBS melahirkan berbagai kegiatan kesundaan yang memperkaya khazanah pengetahuan dan pemahaman tentang budaya Sunda yang pada hakikatnya adalah bentuk-bentuk pemertahanan dan pengembangan budaya Sunda. Di jalur formal pun, Pemerintah Provinsi Jawa Barat misalnya dengan merevisi Perda Nomor 6 tahun 1996 menjadi Perda No. 5, 6, dan 7 tahun 2003 menunjukkan semangat dalam upaya pemertahanan budaya walaupun pelaksanaannya masih belum optimal.

Seperti lazimnya dalam konferensi, sejumlah pokok bahasan secara sengaja dikaji ulang: sejauh manakah peta kebudayaan yang dihasilkan itu telah memandu perjalanan kebudayaan. Diulang dalam arti dicerdasi dengan paradigma baru, yakni tafsir baru berdasarkan realita terkini. Oleh karena itu, pada tanggal 19—22 Desember 2011, Yayasan Kebudayaan Rancagé menyelenggarakan KIBS ke-2 dengan tema Revitalisasi Budaya Sunda: Peluang dan Tantangan dalam Dunia Global. Konferensi ke-2 ini merupakan kesinambungan benang merah yang telah terbentang sebelumnya. Sebagaimana konferensi pertama, KIBS ke-2 pun terfokus pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam semua aspek kebudayaan Sunda; yang tersaji dalam makalah-makalah dari berbagai disiplin ilmu. Selain upaya pelestarian, KIBS ke-2 sebagai upaya pengembangan dan pemanfaatan budaya Sunda serta relevansinya dalam kehidupan dewasa ini.

Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam budaya Sunda merupakan hasil pola pikir masyarakat masa lampau yang telah membentuk karakter orang Sunda secara turun-temurun. Melalui kurun waktu yang demikian panjang, karakter yang telah terbangun sedemikian rupa itu jangan sampai luntur tergerus zaman. Sebaliknya nilai-nilai pembangun karakter Ki Sunda tersebut harus menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan moderen yang beradab.

Maksud dan Tujuan

Selain sebagai kesinambungan dari konferensi sebelumnya, tujuan penyelenggaraan KIBS ke-3 adalah melahirkan pencerahan, pemikiran, dan jalan baru tentang bagaimana budaya Sunda bertahan dan berkembang dalam kebiasaan masyarakat digital saat ini. Rincian dari maksud dan tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Membangkitkan semangat dan daya juang generasi sekarang dalam memertahankan dan mengembangkan kebudayaan Sunda, dengan becermin pada semangat Ajip Rosidi sebagai tokoh yang terus mengobarkan semangat kebudayaan di sepanjang hidupnya.
  2. Menelusuri, membina, dan mengembangkan budaya Sunda kontemporer sebagai sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai kebudayan Sunda kepada masyarakat dunia.
  3. Mencari dan menetapkan konsep ideal dalam mengembangkan kebudayaan Sunda pada peranti digital atau internet; menyediakan mahadata kebudayaan Sunda sebagai rujukan utama bagi peneliti dan masyarakat umum.
  4. Memetakan potensi-potensi orang Sunda yang bekerja di luar negeri dan punya keahlian dalam berbagai bidang, sehingga dapat membangun agenda bersama untuk mengembangkan kebudayaan Sunda.
  5. Meningkatkan peranan perempuan Sunda dalam pengembangan kebudayaan sehingga dapat melahirkan kembali sosok-sosok yang berperan penting dalam sejarah.
  6. Memecahkan masalah-masalah dalam kepemimpinan Sunda yang sejauh ini kurang berperan di tingkat nasional dan internasional.
  7. Menyelamatkan berbagai warisan budaya Sunda yang hampir punah dan memperkenalkannya lagi kepada masyarakat dengan kemasan kekinian.

Subtema

1. Semangat Budaya Sunda Ajip Rosidi

Untuk membangkitkan semangat dan daya juang generasi sekarang dalam memertahankan dan mengembangkan kebudayaan Sunda, dengan becermin pada semangat Ajip Rosidi sebagai tokoh yang terus mengobarkan semangat kebudayaan di sepanjang hidupnya.

2. Budaya Sunda Kontemporer

Untuk menelusuri, membina, dan mengembangkan budaya Sunda kontemporer sebagai sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai kebudayan Sunda kepada masyarakat dunia.

3. Budaya Sunda dan Dunia Digital

Untuk mencari dan menetapkan konsep ideal dalam mengembangkan kebudayaan Sunda pada peranti digital atau internet; menyediakan mahadata kebudayaan Sunda sebagai rujukan utama bagi peneliti dan masyarakat umum.

4. Sunda Ngumbara

Untuk memetakan potensi-potensi orang Sunda yang bekerja di luar negeri dan punya keahlian dalam berbagai bidang, sehingga dapat membangun agenda bersama untuk mengembangkan kebudayaan Sunda.

5. Perempuan Sunda

Untuk meningkatkan peranan perempuan Sunda dalam pengembangan kebudayaan sehingga dapat melahirkan kembali sosok-sosok yang berperan penting dalam sejarah.

6. Kepemimpinan Sunda

Untuk memecahkan masalah-masalah dalam kepemimpinan Sunda yang sejauh ini kurang berperan di tingkat nasional dan internasional.

7. Konservasi Budaya Sunda

Menyelamatkan berbagai warisan budaya Sunda yang hampir punah dan memperkenalkannya lagi kepada masyarakat dengan kemasan kekinian.

8. Pendidikan Budaya

Memperkokoh matéri budaya Sunda dalam kurikulum di semua jenjang pendidikan.

Waktu dan Tempat

Seluruh kegiatan KIBS III akan diselenggarakan melalui media daring dengan menggunakan Zoom sebagai sarana diskusi, serta laman web, Youtube, Instagram, dan Facebook sebagai layanan informasi dan publikasi. Acara akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Mapag KIBS ke-3 untuk sosialisasi materi KIBS, Penyelenggaraan KIBS untuk memaparkan berbagai materi dari para pemakalah, dan Sabada KIBS untuk evaluasi serta implementasi keputusan KIBS.

Pemateri

Panitia KIBS III akan mengundang sekitar 100 pemateri utama dari dalam negeri dan luar negeri. Masing-masing pemateri akan memaparkan hasil penelitian dari subtema yang telah ditetapkan oleh panitia. Pemateri dari luar negeri antara lain Henri Chambert Loir (Perancis), Wendy Mukherjee (Australia), Mikihiro Moriyama (Jepang), Sarah Anais Andrieu (Perancis), Mies Grijn (Belanda), Andrew Weintraub (Amerika Serikat), Henry Spiller (Amerika Serikat), Kozuke Mizuno (Jepang), Ming Kuok Lim (Korea), Jullian Millie (Australia), Tom van Berge (Belanda), dan C.W. Watson (Inggris). Sedangkan pemateri dalam negeri terdiri dari akademisi, dosen, seniman, sastrawan, dan para pegiat budaya Sunda.

Selain itu, panitia juga membuka ruang bagi masyarakat luas untuk berperan serta dalam KIBS ke-3 dengan mengirimkan abstrak makalah. Panitia akan menyeleksi abstrak tersebut dan yang terpilih akan diminta menulis makalah lengkap.

Tim Perumus

Panitia KIBS ke-3 telah menetapkan tim perumus untuk menelaah materi, menyimpulkan, dan membuat rekomendasi pasca-KIBS. Tim ini pula yang akan melakukan evaluasi dan memandu acara Sabada KIBS.

Panitia

Yayasan Kebudayaan Rancagé akan mengajak berbagai kalangan berperan serta dalam penyelenggaraan KIBS III. Pada penyelenggaraan KIBS I dan II, jumlah panitia lebih dari 50 orang

Peserta

Peserta KIBS ke-3 adalah para pakar, seniman, mahasiswa, guru, wartawan, pemuda, birokrat dan siapa pun yang berminat dan menaruh perhatian pada kelestarian budaya Sunda. Panitia akan menyediakan ruang konferensi bagi 3.000 peserta.

Untuk melangsungkan kegiatan ini, panitia KIBS ke-3 membutuhkan biaya. Oleh karena itu, panitia telah menetapkan pembiayaan untuk masing-masing peserta.

Semua peserta akan mendapatkan sertifikat, kumpulan makalah dan buku elektronik paket kebudayaan Sunda.

Pertunjukan dan Pameran

Selama konferensi panitia akan menayangkan berbagai kesenian Sunda yang dikelola dan dipersiapkan oleh seniman Sunda terpilih. Pertunjukan akan berlangsung di antara waktu sidang dan waktu-waktu yang disediakan khusus. Selain itu, akan ada pameran virtual melalui laman web KIBS ke-3.

Sekretariat

Panitia KIBS ke-3 Yayasan Kebudayaan Rancagé
d.a. Gedung Perpustakaan Ajip Rosidi
Jl. Garut nomor 2, Kelurahan Kacapiring, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat.
Email : kibs3.rancage@gmail.com
Laman web: https://rancage.id
WhatsApp : 0813-2060-8670 (Dadan Sutisna), 0813-2038-0476 (Apipudin)

Penutup

Demikian rencana kegiatan ini. KIBS III diselenggarakan oleh Yayasan Kebudayaan Rancagé, lembaga nirlaba yang bergerak dalam pengembangan kebudayaan daérah. Lembaga ini lahir atas prakarsa Ajip Rosidi, tokoh budaya Indonésia, dan memperluas program kerjanya pada berbagai kegiatan pengembangan dan pelestarian kebudayaan daérah di Indonésia. Saat ini, Yayasan Kebudayaan Rancagé dikelola oléh Erry Riyana Hardjapamekas sebagai Ketua Dewan Pembina dan Titi Surti Nastiti sebagai Ketua Dewan Pengurus.

Tanggal Penting

30 Oktober 2021

Batas Akhir Pengiriman Abstrak

17 Novémber 2021

Pengumuman Abstrak Terpilih

1 Desember 2021

Batas Akhir Pendaftaran Peserta

1—3 Désémber 2021

Pelaksanaan KIBS III